Sang legenda hidup bulutangkis Indonesia, Chandra Wijaya memperkenalkan turnamen khusus ganda putra pada jumpa pers rabu 15 April 2009. Turnamen berlabel "Candra Wijaya Men's Double Championship" yang berhadiah total 200 juta ini merupakan turnamen Internasional pertama khusus ganda putra. Chandra Wijaya menggelar turnamen ini sebagai sumbangsih tiada henti bagi perbulutangkisan Indonesia agar tetap berprestasi. Tiga kelompok yang dipertandingkan yaitu kelompok dewasa, taruna (U-19) dan remaja (U-16). Pentas ini rencananya akan diramaikan oleh beberapa nama terkenal seperti pasangan Taufik Hidayat / Flandy Limpele dan Alven Yulianto / Hendra Gunawan serta diikuti pula pemain dari Singapura, Malaysia, Jepang, India dan Ceska.
Berbicara khusus ganda putra, Kolom HK pada situs ini pernah membahas khusus dimana nomor ini telah memberikan prestasi luar biasa bagi negeri ini. Tiga dari enam emas olimpiade Indonesia persembahan dari sabetan raket pasangan ganda putra melalui Ricky Subagya / Rexy Mainaky (1996), Candra Wijaya / Tony Gunawan (2000) dan Markis Kido / Hendra Setiawan (2008). Hal serupa terjadi diarena bergengsi lainnya Kejuaraan dunia dimana ganda putra telah meraup tujuh kali juara dunia yang lebih banyak dibandingkan tunggal putra dengan lima kali juara dunia. Demikian pula dari arena All England dimana ganda putra telah menyumbangkan 17 gelar juara untuk Indonesia yang berarti lebih banyak dari tunggal putra dengan 15 kali. Diantara para juara tersebut tercatat nama Tjun Tjun / Johan Wahyudi yang meraih enam kali juara All England plus juara dunia tahun 1977. Pasangan lainnya Christian Hadinata / Ade Chandra menjuarai dua kali All England dan menjadi juara dunia tahun 1980. Kedua pasang legendaris Indonesia akan mendapat penghargaan khusus dari panitia turnamen ini.
Candra Wijaya sendiri sebagai pemain andalan ganda putra Indonesia telah mempersembahkan prestasi luar biasa buat negeri ini. Hampir semua gelar bergengsi sudah digengamnya mulai dari Olimpiade, kejuaraan dunia, All England, Asian Games, Grand Prix Final, Indonesia terbuka, China terbuka dan turnamen terbuka lainnya. Gelar-gelar Internasional Candra diperoleh tidak hanya dari satu pasangan. Ini menjadi penegas bahwa Candra spesialis ganda yang bisa dipasangkan dengan siapa saja. Tercatat nama-nama seperti Ade Sutrisna, Sigit Budiarto, Tony Gunawan dan Halim Haryanto pernah menjadi mitra Candra dalam meraih gelar Internasional. Belum lagi pemain-pemain lainya yang dipasang even lainnya seperti bersama Markis Kido di Piala Sudirman dan Nova Widianto di Piala Thomas. Prestasi dan pengalaman Candra inilah yang merupakan modal dasar baginya untuk ikut memajukan kelanjutan prestasi ganda putra Indonesia yang dimulai dari "Candra Wijaya Men's Double Championship". Bahkan Candra berencana mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan atlet bulutangkis Internasional atau Candra Wijaya Internasional Badminton Centre (CWIBC).
Kembali pada pembahasan "Candra Wijaya Men's Double Championship" yang menurut Candra salah satunya didedikasikan untuk mengangkat gengsi nomor ganda putra sejajar dengan nomor tunggal. Belajar dari berhasilnya kesetaraan hadiah antara nomor putra dengan putri, suatu saat diharapkan hadiah nomor ganda bisa setara dengan nomor tunggal. Sebenarnya untuk kasus di Indonesia, nomor ganda putra lebih banyak dimainkan masyarakat umum. Demikian juga dengan turnamen-turnamen skala lokal dan amatir yang lebih banyak memainkan nomor ganda. Terobosan Candra menggelar turnamen khusus ganda putra ini merupakan cerminan dari budaya bulutangkis di negara ini.
Pada penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya Candra mencanangkan turnamen ini menjadi bagian dari kalender BWF. Disamping mengejar poin tersebut, kolom HK mengusulkan Candra membuat terobosan baru dengan menggelar nomor khusus dengan memasangkan pemain-pemain kelompok usia yang berbeda. Misalnya seorang pemain dewasa wajib berpasangan dengan pemain taruna selain mereka mengikuti nomor kelompok umurnya masing-masing dengan pasangan tetap-nya. Nomor khusus ini dimaksudkan untuk mengangkat level permainan para pemain yang lebih muda ke tingkat yang lebih tinggi. Ini terinspirasi dengan model yang sudah berhasil ketika Liem Swie King yang sempat berjaya bersama yuniornya Eddy Hartono. Demikian pula ketika Eddy Hartono sukses dengan pemain yang lebih muda lagi Rudy Gunawan dan dilanjutkan dengan Rudy Gunawan dengan Bambang Suprianto. Tidak sampai disitu Bambang sempat juara dengan pemain angkatan dibawahnya Trikus Hariyanto. Bahkan Cina sesekali memecah ganda terkuatnya saat ini Fu Haifeng / Cai Yun untuk mengangkat level permainan Cheng Xu dan Shen Ye.
Dari berbagai ulasan diatas yang paling menarik tentu-nya adalah menunggu penyelenggaraan turnamen ini sendiri. Gedung Asia Afrika Senayan Jakarta pada tanggal 29 April - 2 Mei 2009 akan menjadi saksi dedikasi seorang legenda bulutangkis Indonesia dalam bentuk lain. Semoga penyelenggaraan turnamen ini akan menjadi pemicu prestasi bulutangkis Indonesia secara umum maupun nomor ganda putra secara khusus.
Hendri Kustian
hendri_kustian@yahoo.com
Thursday, April 23, 2009
Olimpiade Yunior dan Klub Djarum Kudus
Atlet-atlet yunior akan menghadapi tantangan baru. Sebuah pesta akbar antar atlet yunior terbaik dunia akan terjadi pada Youth Olympic Games 2010. Event multi cabang yang diterjemahkan sebagai Olimpiade Yunior akan menggelar edisi perdana di negeri tetangga Singapura. Diperkirakan lebih dari 3500 atlet dari 205 negara akan menjadi peserta.
Bulutangkis sebagai cabang yang dipertandingkan pada olimpiade 2012 di London berhak menjadi salah satu cabang peserta Olimpiade Yunior. Tetapi dalam olimpiade yunior hanya dua nomor yang memperebutkan medali yaitu tunggal putra dan tunggal putri. Peserta masing-masing nomor akan diisi oleh 32 atlet yang lolos kualifikasi. Pemain yang bisa berlaga pada cabang bulutangkis dibatasi atlet kelahiran 1 Januari 1992 sampai 31 Desember 1993. Kualifikasi sendiri dihasilkan dari hasil turnamen continental untuk masing-masing benua dan kejuaraan dunia yunior. Bagi Indonesia perebutan tempat mulai dari Kejuaraan Yunior Asia 2010. Pada turnamen ini peringkat terbaik masing-masing negara otomatis lolos dengan catatan untuk Asia dibatasi lima pemain terbaik. Peluang berikutnya untuk meloloskan pemain melalui kejuaraan dunia Yunior 2010. Pada kejuaraan dunia yunior ini, setiap negara berpeluang memperoleh jatah maksimal 2 pemain per nomor untuk setiap negara dengan catatan kedua pemain tersebut berhasil masuk peringkat 1 sampai 7.
Indonesia sebagai negara besar dalam bulutangkis tentu berharap meraih medali pada cabang ini. Apalagi Indonesia merupakan satu-satunya negara yang selalu meraih medali emas bulutangkis sejak cabang ini resmi dipertandingkan Olimpiade Barcelona 1992. Dengan kebesaran nama-nya itu sudah sepantasnya Indonesia menjejakkan tradisi emas pada Olimpiade Yunior. Namun untuk mencapainya bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Sudah 16 tahun lamanya, pemain Indonesia tidak pernah lagi meraih gelar juara dunia yunior. Terakhir Indonesia meraihnya pada tahun 1992 melalui Kristin Yunita (tunggal putri) dan Santoso / Kusno (ganda putra). Pada penyelenggaraan terakhir tahun lalu, hasil terbaik pemain Indonesia hanya sebagai semifinalis ganda putri melalui pasangan Aneke Feinya / Annisa Wahyuni. Sementara itu pada ajang kejuaraan yunior Asia sepanjang 10 tahun terakhir, hanya empat gelar yang diboyong ke bumi pertiwi. Empat gelar tersebut dipersembahkan Hendry Saputra / Enny Erlangga (ganda campuran, 1999), Ardiansyah (tunggal putra, 2001), Markis Kido / Lilyana Natsir (ganda campuran, 2002) dan Dilli Pusupita Richi / Debby Susanto (ganda putri 2007). Sedangkan pada gelaran terakhir 2008, Indonesia mencatat prestasi menyedihkan karena tidak satu-pun pemainnya mampu menembus babak perempat final.
Prestasi yang kurang mentereng dari pemain-pemain yunior Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup menyedihkan. PBSI memang sudah mencanangkan pelatnas Pratama di Magelang untuk menggemleng pemain menghadapi Olimpiade Yunior, akan tetapi belum terdengar realisasinya. Pada sisi lain klub Djarum Kudus yang sangat memperhatikan prestasi pebulutangkis Indonesia, telah membawa pemainnya berlaga dalam turnamen yunior di Eropa. Dua ajang diikuti pada awal Maret ini yaitu Yunior Dutch Open dan Yunior German Open. Pada ajang yang pertama Djarum membawa pulang dua gelar juara melalui Muhammad Ulinuha / Gerry Angriawan (ganda putra) dan Muhammad Ulinuha / Jenna Gozali (ganda campuran). Kemudian Muhammad Ulinuha / Gerry Angriawan melengkapinya dengan gelar ganda putra Yunior German Open.
Keikutsertaan Djarum pada laga Eropa sangat bernilai positif bagi pemain-pemain muda menimbah pengalaman bertanding. Akan tetapi bila dihubungkan dengan Olimpiade Yunior maka Klub Djarum perlu mengikutkan pemain-pemain yang punya peluang pada event tersebut. Memang PB Djarum mengikut sertakan dua pemain tunggal putri dan tiga tunggal putra pada tur ini yaitu Risca Meisiani, Ayu Wanda Wulandari, Kho Hnedriko Wibowo, Arif Gifar Ramadhan dan Riyanto Subagja. Namun hanya Risca dan Riyanto yang memenuhi persyaratan tahun kelahiran yang dapat berlaga di Olimpiade yunior (tahun lahir 1992-1993). Kho dan Arif kelahiran tahun 1994, sedangkan Ayu kelahiran tahun 1991. Prestasi Riyanto sendiri pada dutch open sampai babak 1/4 final setelah kalah dari Iskandar Zulkarnain Zainuddin (MAS) 21-17 16-21 11-21 dan babak 1/8 final german open setelah takluk dari Ji Wook Kang (KOR) 18-21 13-21. Sedangkan Risca di tunggal putri dihentikan di babak ketiga Yunior Dutch Open oleh Lianne Tan (BEL) 18-21 20-22 dan babak pertama Yunior German Open oleh So Hee Lee (KOR) 16-21 21-12 17-21.
Berdasarkan catatan prestasi tersebut masih diperlukan kerja keras bagi klub Djarum khususnya maupun PBSI secara keseluruhan untuk meningkat kemampuan atletnya dalam menghadapi Olimpiade Yunior ini. Klub Djarum sebagai gudangnya pemain yunior diharapkan dapat menjadi pelopor. Meskipun kualifikasi sendiri baru digelar tahun depan tetapi pemain-pemain yunior Indonesia harus menempa pengalaman internasional agar kemudian bisa diandalkan untuk lolos ke Olimpiade Yunior sekaligus mempersembahkan medali dalam even tersebut.
Hendri Kustian
(hendri_kustian@yahoo.com)
Bulutangkis sebagai cabang yang dipertandingkan pada olimpiade 2012 di London berhak menjadi salah satu cabang peserta Olimpiade Yunior. Tetapi dalam olimpiade yunior hanya dua nomor yang memperebutkan medali yaitu tunggal putra dan tunggal putri. Peserta masing-masing nomor akan diisi oleh 32 atlet yang lolos kualifikasi. Pemain yang bisa berlaga pada cabang bulutangkis dibatasi atlet kelahiran 1 Januari 1992 sampai 31 Desember 1993. Kualifikasi sendiri dihasilkan dari hasil turnamen continental untuk masing-masing benua dan kejuaraan dunia yunior. Bagi Indonesia perebutan tempat mulai dari Kejuaraan Yunior Asia 2010. Pada turnamen ini peringkat terbaik masing-masing negara otomatis lolos dengan catatan untuk Asia dibatasi lima pemain terbaik. Peluang berikutnya untuk meloloskan pemain melalui kejuaraan dunia Yunior 2010. Pada kejuaraan dunia yunior ini, setiap negara berpeluang memperoleh jatah maksimal 2 pemain per nomor untuk setiap negara dengan catatan kedua pemain tersebut berhasil masuk peringkat 1 sampai 7.
Indonesia sebagai negara besar dalam bulutangkis tentu berharap meraih medali pada cabang ini. Apalagi Indonesia merupakan satu-satunya negara yang selalu meraih medali emas bulutangkis sejak cabang ini resmi dipertandingkan Olimpiade Barcelona 1992. Dengan kebesaran nama-nya itu sudah sepantasnya Indonesia menjejakkan tradisi emas pada Olimpiade Yunior. Namun untuk mencapainya bukanlah seperti membalikkan telapak tangan. Sudah 16 tahun lamanya, pemain Indonesia tidak pernah lagi meraih gelar juara dunia yunior. Terakhir Indonesia meraihnya pada tahun 1992 melalui Kristin Yunita (tunggal putri) dan Santoso / Kusno (ganda putra). Pada penyelenggaraan terakhir tahun lalu, hasil terbaik pemain Indonesia hanya sebagai semifinalis ganda putri melalui pasangan Aneke Feinya / Annisa Wahyuni. Sementara itu pada ajang kejuaraan yunior Asia sepanjang 10 tahun terakhir, hanya empat gelar yang diboyong ke bumi pertiwi. Empat gelar tersebut dipersembahkan Hendry Saputra / Enny Erlangga (ganda campuran, 1999), Ardiansyah (tunggal putra, 2001), Markis Kido / Lilyana Natsir (ganda campuran, 2002) dan Dilli Pusupita Richi / Debby Susanto (ganda putri 2007). Sedangkan pada gelaran terakhir 2008, Indonesia mencatat prestasi menyedihkan karena tidak satu-pun pemainnya mampu menembus babak perempat final.
Prestasi yang kurang mentereng dari pemain-pemain yunior Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup menyedihkan. PBSI memang sudah mencanangkan pelatnas Pratama di Magelang untuk menggemleng pemain menghadapi Olimpiade Yunior, akan tetapi belum terdengar realisasinya. Pada sisi lain klub Djarum Kudus yang sangat memperhatikan prestasi pebulutangkis Indonesia, telah membawa pemainnya berlaga dalam turnamen yunior di Eropa. Dua ajang diikuti pada awal Maret ini yaitu Yunior Dutch Open dan Yunior German Open. Pada ajang yang pertama Djarum membawa pulang dua gelar juara melalui Muhammad Ulinuha / Gerry Angriawan (ganda putra) dan Muhammad Ulinuha / Jenna Gozali (ganda campuran). Kemudian Muhammad Ulinuha / Gerry Angriawan melengkapinya dengan gelar ganda putra Yunior German Open.
Keikutsertaan Djarum pada laga Eropa sangat bernilai positif bagi pemain-pemain muda menimbah pengalaman bertanding. Akan tetapi bila dihubungkan dengan Olimpiade Yunior maka Klub Djarum perlu mengikutkan pemain-pemain yang punya peluang pada event tersebut. Memang PB Djarum mengikut sertakan dua pemain tunggal putri dan tiga tunggal putra pada tur ini yaitu Risca Meisiani, Ayu Wanda Wulandari, Kho Hnedriko Wibowo, Arif Gifar Ramadhan dan Riyanto Subagja. Namun hanya Risca dan Riyanto yang memenuhi persyaratan tahun kelahiran yang dapat berlaga di Olimpiade yunior (tahun lahir 1992-1993). Kho dan Arif kelahiran tahun 1994, sedangkan Ayu kelahiran tahun 1991. Prestasi Riyanto sendiri pada dutch open sampai babak 1/4 final setelah kalah dari Iskandar Zulkarnain Zainuddin (MAS) 21-17 16-21 11-21 dan babak 1/8 final german open setelah takluk dari Ji Wook Kang (KOR) 18-21 13-21. Sedangkan Risca di tunggal putri dihentikan di babak ketiga Yunior Dutch Open oleh Lianne Tan (BEL) 18-21 20-22 dan babak pertama Yunior German Open oleh So Hee Lee (KOR) 16-21 21-12 17-21.
Berdasarkan catatan prestasi tersebut masih diperlukan kerja keras bagi klub Djarum khususnya maupun PBSI secara keseluruhan untuk meningkat kemampuan atletnya dalam menghadapi Olimpiade Yunior ini. Klub Djarum sebagai gudangnya pemain yunior diharapkan dapat menjadi pelopor. Meskipun kualifikasi sendiri baru digelar tahun depan tetapi pemain-pemain yunior Indonesia harus menempa pengalaman internasional agar kemudian bisa diandalkan untuk lolos ke Olimpiade Yunior sekaligus mempersembahkan medali dalam even tersebut.
Hendri Kustian
(hendri_kustian@yahoo.com)
Subscribe to:
Posts (Atom)