Thursday, September 24, 2009
Rekor
KOLOM HENDRI KUSTIAN
copy dari Majalah Jurnal Bulutangkis Edisi I
REKOR
Mengejar rekor sedang menggeliat di tanah air. Gejala ini semakin marak sejak dibentuknya Museum Rekor Indonesia (MURI). Berbagai rekor lebih banyak meliputi bidang sosial kemasyarakatan. Elemen masyarakat dan institusi berlomba-lomba membuat rekor seperti masak nasi goreng terbanyak, kue terbesar dan ter-ter lainnya. Pemecahan bermacam-macam rekor menjadi kebanggaan tersendiri bagi yang dapat mencapainya.
Bidang olahraga sudah sepatutnya menggagas Museum Rekor Olahraga Indonesia. Rekor prestasi olahraga Indonesia belum terdata dengan baik terutama untuk olahraga permainan seperti bulutangkis. Padahal dunia saja mencatat seorang pebulutangkis Indonesia, Rudy Hartono dalam buku Guiness Book of Record atas prestasi-nya sebagai pemain tunggal putra terbanyak menjuarai turnamen All England. Rekor lain yang sempat dikenal daalam dunia perbulutangkisan adalah rekor kecepatan smash. Pemegang rekor tersebut adalah pemain ganda putra China dengan kecepatan 332 km / jam yang dibuatnya pada Piala Sudirman tanggal 3 Juni 2005. Khusus untuk tunggal putra rekor kecepatan smash milik Taufik Hidayat dengan kecepatan 305 km / jam.
Menjelang digelarnya turnamen bulutangkis Indonesia Open membuat saya tertarik untuk menggali rekor turnamen ini. Rekor yang paling mudah dilihat amati adalah pemegang gelar juara terbanyak. Ada lima nama pemain yang perolehan gelarnya sama. Mulai dari singelar Ardi Wiranata meraih juara tahun 1990, 1991, 1992, 1994, 1995 dan 1997. Prestasi Ardi bersaing dengan yuniornya Taufik Hidayat yang menjadi juara tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006. Nomor tunggal putri diwakili Susi Susanti yang memenangkan Indonesia terbuka tahun 1989, 1991, 1994, 1995, 1996 dan 1997. Dua nama lagi merupakan pasangan ganda campuran Trikus Haryanto / Minarti Timur yang juara lima kali berturut-turut tahun 1995-1999. Trikus melengkapi menjadi enam gelar setelah juara ganda campuran 2001 berpasangan dengan Emma Ermawati. Sedangkan Minarti Timur menambah gelarnya setahun kemudian bersama Bambang Suprianto. Dari lima pemain dengan perolehan gelar juara yang sama tersebut, hanya Taufik Hidayat yang berpeluang memecahkan rekor meraih gelar juara terbanyak dari pemain lainnya. Hal ini disebabkan pemain-pemainnya lainnya sudah gantung raket.
Ivana Lie membuat rekor tersendiri sebagai pemain pertama yang mampu juara di tiga nomor sekaligus. Walaupun tidak dalam tahun yang sama, Ivana Lie menjuarai tunggal putri, ganda putri dan ganda campuran. Juara tunggal putri diperolehnya pada tahun 1983 sekaligus Ivana Lie merebut juara ganda campuran berpasangan dengan Christian Hadinata. Sedangkan gelar ganda putri dicatatnya pada tahun 1996 bersama Verawati Pajrin. Prestasi Ivana tersebut hanya mampu diikuti oleh satu pemain saja selama 17 tahun penyelenggaraan Indonesia Open. Pemain tersebut adalah rekannya sendiri Verawati yang sebelum meraih juara ganda putri bersama Ivana, telah meraih juara tunggal putri tahun 1982. Verawati melengkapi koleksi juara pada nomor ganda campuran tahun 1989 berpasangan dengan Eddy Hartono.
Sebenarnya banyak rekor yang bisa digali dari sebuah turnamen seperti Indonesia Open. Sebagai contoh rekor pemain tampil paling sering, pertandingan terlama, pertandingan tercepat, pemakaian suttle cock terbanyak dalam satu pertandingan dan masih banyak lagi. Rekor-rekor tersebut sebagaimana rekor-rekor dalam bidang lain bukan sekedar pencatatan belaka. Terdapat nilai kebanggaan atas sebuah rekor prestasi bagi sang pemain. Sedangkan bagi penonton dan penggemar, rekor menimbulkan rasa penasaran tersendiri untuk pecahnya rekor berikutnya. Jadi minat penggemar bulutangkis bisa dipancing dari sisi ini. Semoga diwaktu yang akan datang terdapat sebuah lembaga yang melakukan pencatatan dan penilaian terhadap rekor-rekor dari arena bulutangkis.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment