Wednesday, October 8, 2008

BERPRESTASI LEWAT JALUR NON PELATNAS

Usaha keras klub Djarum untuk mendongkrak prestasi talenta muda Indonesia sudah mulai menampakkan hasil. Bulan lalu, pasangan Afiat Yuris / Wifqi Windarto berhasil menjuarai turnamen sekelas satellite, Waikato International dan melonjakkan peringkat mereka masuk ke 100 besar dunia. Sebelumnya beberapa pretasi dibuat pemain klub Djarum pada tahun ini yaitu Andre Kurniawan berhasil menyabet gelar juara tunggal putra GP New Zealand Open, Rian / Yonathan dan Meliana / Sendy menjuarai Surabaya Challange ditambah sapu bersih gelar juara oleh Djarum pada Jakarta Open Satellite.
Hasil terbaru pemain-pemain klub Djarum menciptakan ALL Indonesia Final pada turnamen yang berkelas lebih tinggi Grand Prix Belanda Terbuka yang berakhir 21 oktober 2007. Pasangan Rian Sukmawan / Yonathan Suryatama berhasil merebut gelar juara setelah mengalahkan rekannya Frans Kurniawan / Rendra Wijaya di final dengan skor 21-13 21-12. Sebelumnya di semi final, kedua pasangan tersebut menundukkan para unggulan. Rian / Yonathan mengalahkan unggulan kedua Vitali Durkin / Alexander Nikolaenko (Rusia) 21-14 23-21. Sedangkan pasangan Frans / Rendra menundukkan unggulan utama dari Singapura Hendra Wijaya / Hendri Saputra juga dengan dua set langsung 21-15 21-12.
Prestasi kedua pasangan ganda putra tersebut kontradiktif dengan hasil yang dicapai pemain-pemain pelatnas yang menurunkan pemain antara lain Jo Novita, Greysia Polli, Ahmad Tantowi, Yulianti, Tommy Sugiarto dan Alamsyah Yunus. Para punggawa pelatnas tersebut tidak satu pun yang dapat menembus babak semi final. Bercermin dari hasil ini, sudah saatnya insan perbulutangkisan Indonesia mengubah stigma bahwa menjadi pemain berprestasi harus lewat Pelatnas. Seandainya ada klub lain yang konsisten mengirimkan pemain-pemainnya keluar negeri, maka kebangkitan kembali bulutangkis Indonesia bukan hal sulit. Harapan yang terlalu tinggi pada Pelatnas PBSI sudah bukan saatnya lagi. Keterbatasan dana dari pemerintah dan kekurangjelian pengurus PBSI kadang malah menghancurkan harapan banyak pemain muda. Sebagai bukti, keempat pemain muda kita yang berprestasi di Belanda terbuka tersebut adalah mantan-mantan pemain Pelatnas yang tidak dapat berprestasi dengan baik karena minimnya pengalaman bertanding di tingkat Internasional saat di Pelatnas.
Dengan catatan prestasi mereka, mudah-mudahan klub lebih berpikir untuk menggandeng sponsor agar pemainnya dapat bertanding keluar negeri daripada sibuk mencari celah buat pemainnya masuk Pelatnas. Jalur lain yang bisa ditempuh para atlet yaitu jalur profesional seperti Chandra Wijaya. Dengan membiayai sendiri perjalanannya bertanding, maka dia mempunyai motivasi yang lebih kuat mendapat hadiah guna mengembalikan biaya nya. Peran lain yang diharapkan adalah dari Pemda asal pemain tersebut. Untuk sepak bola saja Pemda bisa mengeluarkan APBD sampai puluhan milyar rupiah. Mengapa sebagian dana tersebut tidak dialihkan ke bulutangkis yang jelas-jelas sudah memberikan prestasi tingkat dunia bagi olahraga Indonesia. Sebagai kesimpulannya diperlukan perubahan stigma berpikir semua insan bulutangkis Indonesia dengan membuat gebrakan baru untuk mencapai prestasi tinggi. Cara konvensional seperti lewat jalur Pelatnas, jangan lagi menjadi satu-satunya jalan menuju prestasi dunia

Published :
www.bulutangkis.com (22 Oktober 2007)
www.badminton-indonesia.com (29 Oktober 2007)

No comments: