Wednesday, October 8, 2008

Menimbang Penerapan Konsep Liga Super Pada Super Liga

Perhatian sebagian pecinta olahraga Indonesia saat ini tertuju pada persiapan klub-klub sepak bola dalam menghadapi Liga Super. Badan Liga Indonesia (BLI) yang menjadi kepanjangan tangan PSSI sebagai sudah menetapkan berbagai syarat bagi klub yang akan mengikuti ajang tersebut yang bertujuan menjadikan sepakbola sebagai industri olahraga yang profesional. Klub-klub tersebut harus berbentuk PT, memiliki stadion yang berkualifikasi A dan pelatih dengan dengan sertfikasi tertentu. Format kompetisi mengacu pada liga-liga besar dengan sistem kompetisi penuh dengan pertandingan dilakukan kandang dan tandang (Home-Away). Format semifinal dan final dihilangkan dan penentuan pemenang diganti dengan sistem Nilai. Pemain asing yang boleh tampil merupakan pemain yang berasal dari liga dengan strata tertentu. Dalam hal pembinaan, klub yang ikut Liga Super harus memiliki tim U-19/U-21 yang juga bermain dalam sebuah kompetisi yang diatur oleh BLI.
Bulutangkis sebagai olahraga yang juga tidak kalah populer di negeri ini juga mempunyai Liga Bulutangkis. Event yang diorganisir oleh badan superliga badminton Indonesia ini berhasil menyelenggarakan liga bulutangkis untuk pertama kalinya pada bulan juli tahun silam. Sebenarnya sistem yang dianut tidak jauh beda dengan kejurnas antar klub dengan format setengah kompetisi pada penyisihan dan dilanjutkan dengan babak semifinal dan final. Beda nya hanya pada diperbolehkannya pemain asing tampil membela klub. Pemain-pemain kelas dunia seperti Cheng Hong, Ronald Susilo, Kendrick Lee, Wang Cheng dan Petya Nedelcheva memperkuat beberapa klub peserta Super Liga.
Pada penyelenggaraan tahun ini belum terdengar wacana perubahan dari badan super liga maupun dari PBSI. Waktu penyelenggaraan pun masih dalam tanda tanya, mengingat Indonesia juga akan menyelenggarakan hajatan besar Piala Thomas - Uber dan Indonesia Open Superseries. Mengingat waktu masih panjang buat PBSI maka ada baiknya mencoba mengkaji konsep Liga Super nya PSSI menjadi wacana konsep buat super liga bulutangkis. Walaupun kita ketahui prestasi PSSI dalam dunia Internasional belum teruji tetapi konsep Liga Super merupakan konsep yang sudah teruji di berbagai belahan penjuru dunia yang diantaranya sudah menjadi standar organisasi sepak bola dunia, FIFA.
Pembentukan perseroan terbatas buat klub bulutangkis bukan suatu hal yang sulit. Selama ini klub bulutangkis memang sudah profesional dalam hal pendanaan dibandingkan sepak bola yang lebih banyak disubsidi dana APBD. Nilai positif dari pembentukan PT (Perseroan Terbatas) pada klub bulutangkis bertujuan lebih menggali lagi potensi industri olahraga seperti merchandise klub dan pengelolaan fans klub. Standarisasi gedung olahraga dan sertifikasi pelatih akan berdampak baik demi kemajuan. Gedung olahraga yang sudah distandarisasi akan memberikan kenyamanan dan keamanan pada aktifitas pertandingan. Sedangkan pelatih yang bersertifat diharapkan tidak hanya memiliki kemampuan teknis tetapi juga mengatasi kendala mental pemainnya.
Format kompetisi penuh dengan sitem home away dapat meningkatkan animo masyarakat dalam menonton bulutangkis bermutu secara luas. Kita dapat membayangkan ketika Djarum menjamu SGS Elektrik, maka masyarakat Kudus tidak perlu mengeluarkan ongkos banyak untuk melihat permainan pemain SGS, Taufik Hidayat. Demikian juga sebaliknya masyarakat Bandung bisa menonton pemain ganda Luluk Hadiyanto ketika Djarum dijamu SGS. Pertandingan dapat dilaksanakan akhir pekan saat tidak ada event besar Internasional. Masyarakat pecinta bulutangkis tidak perlu meninggalkan aktfitas profesi-nya dan dapat bergembira dengan menonton bulutangkis pada hari libur.
Persyaratan lain yang mengharuskan klub memiliki tim yunior yang mengikuti liga bisa jadi menjadi solusi lambatnya regenerasi pemain nasional Indonesia. Kalau pada sepak bola ditetapkan klub harus memiiliki tim U-19/ U-21 maka untuk bulutangkis sebaiknya dibuat lebih muda pada U-16 atau U-14. Hal ini karena pada usia 19-21, seorang pemain bulutangkis sudah bisa setara dengan pemain senior seperti yang ditunjukkan pemain Korea, Lee Young Dae. Pemain yang masih berusia sekitar 20 tahun ini baru saja menunjukkan kelasnya dengan menjadi juara di empat turnamen berturut-turut mulai dari Korea open, German Open, All England dan Swiss Open.
Setiap sesuatu yang memiliki kelebihan pasti terselip kelemahannya. Pada konsep kompetisi penuh dan rentang waktu yang panjang akan menyulitkan klub untuk mengontrak pemain asing. Kalau pun ada pemain asing yang bersedia maka klub akan mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk transportasi dan akomodasi setiap pertandingan. Semua kelebihan dan kekurangan yang dipaparkan perlu didalami lebih lanjut segala kemungkinannya. Sebagai kesimpulan diperlukan sebuah studi banding konsep liga dari cabang olahraga lain dan dikaji penerapannya buat kemajuan bulutangkis.


Published :
www.bulutangkis.com (18 Maret 2008)
www.badminton-indonesia.com (18 Maret 2008)
www.sekolahbadminton.com (21 Maret 2008)

No comments: