Bermain lebih dari satu nomor atau bermain rangkap dalam satu turnamen menjadi tantangan tersendiri bagi pemain maupun pelatih. Sedikit sekali pemain Indonesia mau bermain rangkap dibandingkan dengan negara seterunya seperti China, Korea, Inggris dan Denmark. Hanya Malaysia negara besar bulutangkis yang menganut paham spesialisasi di satu nomor seperti halnya Indonesia. Namun demikian bukan berarti Indonesia tidak menerapkan sama sekali sistem tersebut. Mengacu pada hasil turnamen paling anyar diawal bulan november ini Perancis terbuka Super Series, Indonesia hanya diwakili 2 pasang yang berhasil maju sampai ke babak Semi final. Dua pasangan ini menganut paham berbeda. Pasangan ganda putri Jo Novita / Greysia Polli maju ke babak semi final yang akhirnya menyerah kalah dari pasangan China Zhao Tingting / Yu Yang benar-benar berkonsentrasi pada satu nomor. Untuk berprestasi di nomor ini, Greysia Polli rela bercerai dengan pasangan ganda campurannya M. Rizal. Padahal dari segi peringkat mereka sudah pernah masuk 12 besar dunia dengan prestasi terbaik sebagai finalis Swiss Terbuka Superseries. Alasannya lain Jo dan Gres sudah pernah mengalami cedera, sehingga kurang baik kalau bermain rangkap. Disisi lain Vita Marissa malah menjadi bintang Indonesia sepanjang Supeseries tahun ini dalam dua nomor yang berbeda.
Pada turnamen Super series Perancis terbuka, Vita yang berpasangan dengan Flandy Limpele dinomor ganda campuran berhasil menyumbangkan gelar juara semata wayang buat Indonesia, sedangkan untuk nomor ganda putri Vita yang berpasangan dengan Lilyana Natsir sudah gugur dibabak pertama karena langsung bertemu pasangan kuat China, Yang Wei / Zhang Jiwen. Pada rangkaian turnamen Superseries, Vita sebelumnya sudah mengoleksi gelar Juara ganda campuran Singapura Terbuka berpasangan dengan Flandy Limpele dan Juara Ganda Putri China Master berpasangan dengan Lilyana Natsir. Selain itu sewaktu masih berpasangan dengan Greysia Polli, Vita Marissa berhasil masuk Final Malaysia Terbuka dan Semi final Swiss Terbuka. Lilyana Natsir sendiri selain juara bersama Vita, juga sukses menjadi juara dunia Ganda Campuran dan juara GP Gold Philipina Terbuka bersama Nova Widianto. Bahkan pada turnamen Grand Frix Gold Thaiwan terbuka, Vita bersama Flandy dinomor ganda campuran berhasil menjadi Juara, sedang Lilyana bersama Nova menjadi Semifinalis serta penyatuan Vita / Lilyana diganda putri juga berprestasi bagus dengan menjadi runner up setelah akhirnya kalah dari unggulan tuan rumah Chien Yu Chin / Cheng Wen Hsing.
Sebagai perbandingan, prestasi bermain rangkap juga dicetak oleh pemain-pemain China dan Korea. Pada dua superseries awal tahun, pemain China Gao Lin berhasil menyabet empat gelar sekaligus dalam dua nomor ganda putri dan ganda campuran. Berpasangan dengan Huang Sui, Gao Lin menjadi Juara Malaysia dan Korea Superseries ditambah satu gelar GP Gold Macau Terbuka. Demikian juga di ganda campuran yang berpasangan dengan Zheng Bo, Selain dua gelar juara tersebut mereka melangkapi koleksi gelar Superseries lainnya pada All England, Indonesia terbuka, China Master dan Jepang Open serta GP Gold Jerman Terbuka. Pemain China lainnya yang sukses di dua nomor yaitu Yu Yang dan Zhang Yawen. Yu Yang berhasil mengoleksi gelar juara ganda putri Super series Indonesia terbuka bersama Du Jing dan juara ganda campuran bersama He Hanbing pada turnamen superseries Denmark terbuka, GP Gold Thailand Open dan Kejuaraan Asia. Sedangkan rekannya Zhang Yawen merebut gelar juara ganda putri All England berpasangan dengan Wei Yili dan ganda campuran GP Gold Macau Open bersama Xie Xongbo. Berlainan dengan pemain putri, pemain putra China juga bermain rangkap seperti Zheng Bo, Xie Xongbo dan He Hanbing tetapi tidak menunjukkan prestasi yang gemilang.
Bila pebulutangkis China yang main rangkap lebih banyak pemain putri nya mulai dari zamannya Li lingwei dan Han Aiping yang rangkap main tunggal dan ganda putri, berlanjut dengan keperkasaan Ge Fei dan Gao Lin yang diteruskan pemain muda Yu Yang. Lain halnya dengan Korea Selatan yang lebih kuat dibagian putra nya yang bermain rangkap. Mulai dari Park Joo Bong, Kim Dong Moon dan diwariskan lagi pemain muda nya Lee Young Dae. Memang ada pemain putri Korea yang menonjol bermain rangkap seperti Ra Kyung Min, tetapi tidak sebanyak pemain putra nya. Dengan umur yang masih sangat mudah, tahun ini Lee Young Dae sudah mengantongi dua gelar Superseries di nomor ganda putra Korea terbuka berpasangan dengan Jung Jae Sung dan ganda campuran Swiss terbuka bersama Lee Hyo Jung. Disamping Lee Young Dae, pemain putra-putri Korea banyak yang bermain rangkap antara lain Lee Jae Jin, Hwang Ji Man, Sang Hon Han dibagian putra serta Lee Hyo Jung dan Hwang Yu Mi dibagian putri.
Negara-negara lain yang pemainnya bermain rangkap antara lain Denmark diwakili oleh Jens Erikssen dan Jonas Rasmussen, Inggris melalui Nathan Robertson, Antony Clark, Gail Emms dan Donna Kellog. Demikian juga dengan Thailand dengan maskotnya Sudket Prapakamol dan Saralee Tungtongkam dan Singapura melalui hendra Wijaya, Hendri Saputra, Li Yujia dan Jiang Yanmei.
Trend berbeda diambil Malaysia yang memisahkan pasangan ganda campuran Koo Kean Keat / Wong Pty Ty walaupun prestasi mereka cukup baik. Koo Kean Keat difokuskan di ganda putra berpasangan dengan juniornya Tan Boon Heong. Hasilnya cukup fantastis. Tahun ini saja, pasangan ini menjuarai Malaysia terbuka, All England, Swiss terbuka, Denmark terbuka, Philipina terbuka dan Macau terbuka. Wong Pty Ty sendiri berprestasi lumayan baik untuk ukuran pemain putri Malaysia. Berpasangan dengan Chin Eui Hui berhasil menjadi semifinalis All England. Untuk mengisi kekosongan dinomor ganda campuran, Rexy Mainaky sebagai pelatih Ganda Malaysia lebih memilih mematangkan pasangan yunior Tan Wee kiong / Woon Khe wei termasuk pada turnamen sekelas Piala Sudirman.
Suatu strategi yang diterapkan tentunya akan mempunyai dua sisi sekaligus yaitu sisi baik dan sisi buruk. Sangat sulit mengambil kesimpulan bahwa bermain rangkap lebih baik atau lebih buruk buat prestasi. Sisi baiknya, memberikan pengalaman berbeda khususnya pemain putri yang bermain pada nomor ganda campuran dalam menghadapi smash-smash keras yang biasa dilepaskan pemain putra. Selain itu juga dapat meningkatkan fisik dan stamina karena bermain lebih banyak dalam satu hari. Bila dapat menjalankannnya dengan baik bermain rangkap akan mengangkat nama pemain tersebut dan meningkatkan pundi-pundi hadiah yang diperoleh.
Sisi buruknya adalah kelelahan yang bisa mengakibatkan kejenuhan atau cedera. Dari faktor non teknis juga bisa terjadi konflik kepentingan antara pelatih masing-masing nomor, misalnya antara pelatih ganda putri dengan pelatih ganda campuran. Kondisi ini dapat diatasi jika tim mempunyai pelatih kepala yang disegani pemainnya seperti Li Yongbo dari tim China. Sebagai kesimpulan semua pemain berpeluang untuk punya karir dalam bermain rangkap dengan prestasi yang baik. Untuk mewujudkan itu, diperlukan koordinasi yang baik antara pemain, pelatih teknis dan pelatih fisik, tim medis dan tim psikolog. Faktor yang paling penting adalah dukungan dari pengurus PBSI untuk pemain pelatnas dan klub untuk pemain luar pelatnas dalam menggali potensi pemainnya yang cocok untuk bermain rangkap.
Published :
www.bulutangkis.com (06 November 2007)
www.badminton-indonesia.com (09 November 2007)
Wednesday, October 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment