Turnamen bulutangkis Jakarta Open baru saja berakhir. Jago-jago tua mengusai perebutan juara kelompok dewasa. Pemain gaek Budi Santoso berhasil merebut gelar juara tunggal putra. Pemain-pemain eks Pelatnas juga menjuarai nomor-nomor ganda melalui Trikus Haryanto / Bambang Supranto (ganda putra), Indarti Isolina / Lidya Pratiwi (ganda putri) dan Budi Santoso / Emma Ermawati (ganda campuran). Pemain-pemain yunior pelatnas tidak dapat memberikan prestasi yang terbaik karena tenggelam kehebatan pemain-pemain gaek yang sudah malang melintang di dunia bulutangkis.
Turnamen yang menjadi agenda tahunan Pengda PBSI Jakarta ini sudah memasuki penyelenggaraan yang ke-22. Pemain-pemain dari berbagai daaerah dan tingkatan usia berdatangan meramaikan GOR Asia Afrika. Turnamen yang mempertandingkan tingkatan dewasa, taruna, pemula dan remaja ini tetap semarak seperti tahun-tahun sebelumya. Tetapi pamor turnamen sendiri terlihat sedikit menurun. Ada beberapa sebab penurunan tersebut terjadi terutama kelas turnamen yang sudah tidak lagi menjadi bagian dari seri satelit Asia. Akibatnya turnamen ini hanya memberikan poin untuk peringkat nasional tetapi tidak untuk peringkat BWF. Bandingkan dengan turnamen sejenis, Surabaya Challanger (Sebelumnya : Surabaya Satelitte) yang diakui menjadi bagian dari turnamen BWF. Imbasnya tidak ada pemain asing yang berlaga di Jakarta Open padahal cikal bakal Kejuaraan Dunia Yunior berawal dari turnamen ini.
Sebagai bagian dari sirkuit nasional, peserta turnamen membludak sebanyak 1337 pemain dari 119 klub di 20 provinsi di Indonesia. Tapi dari sekian banyak peserta tersebut, sebagian dari juara bertahan kelompok dewasa tidak ambil bagian. Pemain-pemain Djarum seperti Maria Elfira (Juara tunggal putri 2007), Ari Yuli Wahyu (Tunggal Putra) dan pasangan ganda putri Meliana Jauhari / Shendy Puspa lebih memilih turnamen Spanyol terbuka. Jadwal penyelenggaraan turnamen tidak hanya bentrok dengan Spanyol Open tetapi juga bersamaan dengan turnamen Singapore Satelitte. Beberapa skuat muda Pelatnas seperti Lingga Lie, Fernando, Richi Puspita, Devi Tika dan Nadya Melati lebih memilih berlaga di turnamen negeri Singa tersebut. Untuk penyelenggaraan tahun-tahun berikutnya, sebaiknya Pengda PBSI DKI Jakarta mencari waktu yang lebih pas.
Minimnya pemberitaan dari media nasional membuat Jakarta Open kurang diketahui masyarakat umum. Apalagi masyarakat baru selesai memfokuskan diri pada kejuaraan akbar Thomas Cup dan Uber Cup. Sangat sulit mencari informasi hasil pertandingan pada media cetak tingkat nasional. Kelemahan lain sama seperti yang terjadi pada turnamen-turnamen didalam negeri adalah sistem informasi pertandingan. Di beberapa negara, turnamen tingkat nasional sudah diinformasikan lewat media web site atau situs www.tournamentsoftware.com . Padahal pada saat yang bersamaan kita bisa memantau hasil Spanyol Terbuka dan Singapore Satelitte melalui sebuah situs internet. Sudah saatnya turnamen level nasional maupun satelitte di Indonesia mengikuti perkembangan jaman. Mudah-mudahan penyelenggaraan tahun berikutnya, pamor turnamen Jakarta Open meningkat kembali dari semua sisi.
Published :
www.bulutangkis.com (28 Mei 2008)
www.badminton-indonesia.com (28 Mei 2008)
Wednesday, October 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment