Wednesday, October 8, 2008

Kiprah Generasi Baru Pasca Olimpiade

Written by Hendri Kustian (Email : hendri_kustian@yahoo.com)

Olimpiade sering kali dianggap sebagai puncak prestasi pebulutangkis dunia. Kebanggaan akan perolehan emas olimpiade merupakan medali yang paling diidamkan. Ketika olimpiade baru saja berakhir, negara-negara bulutangkis sudah mulai berpikir ajang berikutnya yang masih empat tahun lagi. Wujud dari persiapan itu terlihat dengan didorongnya regenerasi pada setiap negara. Pasca Olimpide diselenggarakan lima turnamen besar secara berturutan mulai dari GPG Thaiwan Open, Jepang SS, China Master SS dan dua turnamen secara bersamaan GPG Macau Open dan GP Bitburger Open. Dalam lima turnamen ini terlihat berbagai perubahan dan strategi dari berbagai negara. Generasi baru tampak mulai terbangun dari hasil kelima turnamen tersebut

Para juara dunia yunior dan Asia Yunior 2005 - 2007 mulai muncul ke permukaan. China merupakan negara terdepan dalam memunculkan generasi baru tersebut. Prestasi yang paling fenomenal ditunjukkan oleh pasangan ganda putri Cheng Su / Zhao Yunlei dengan menciptakan hatrik pada tiga turnamen yaitu Jepang Terbuka, China Master dan Macau Terbuka. Padahal pasangan ini sudah lama tidak membukukan prestasi maksimal. Terakhir mereka mencatat poin turnamen BWF pada November tahun lalu saat masuk babak pertama China Terbuka. Cheng Su merupakan juara ganda putri yunior Asia 2005 yang berpasangan dengan rekannnya Liao Jingmei. Sedangkan Zhao Yunlei adalah juara ganda putri yunior Asia 2004 bersama Ding Jiao. Jejak Cheng Su / Zhao Yunlei diikuti oleh yunior mereka Ma Jin / Wang Xiaoli. Juara Asia Yunior dan dunia Yunior 2006 tersebut mencatat prestasi yang baik dengan melaju ke babak final Macau Open

Kekuatan generasi baru China juga ditunjukkan pemain tunggal putri-nya. Andalan mereka adalah juara Asia dan dunia yunior 2006, Wang Yihan dan juara Asia Yunior 2005, Wang Lin. Wang Yihan berhasil meraih juara turnamen Superseries pertama nya di Jepang. Perjalanan Wang Yihan menuju tangga juara ditandai dengan menaklukkan pemain yang sering menjadi momok para pemain China, Tine Rasmussen (Denmark) serta pemain berpengalaman, Zhou Mi (Hongkong). Pemain lainnya Wang Lin, meskipun tidak tampil sebagai juara tetapi berhasil meraih finalis pertama-nya pada turnamen superseries di China Master.

Pada bagian putra, China berhasil mengangkat prestasi pasangan Xu Chen / Sun Jungjie menjadi finalis China Master. Meskipun mereka belum bisa menembus pasangan terbaik dunia Markis Kido / Hendra Setiawan tetapi mereka menaklukkan tiga besar dunia lainnya, Fu Haifeng / Cai Yun dan Koo Kean Kiat / Tan Boon Heong. Bahkan Xu Cheng juga bermain baik di nomor ganda campuran berpasangan dengan Zhao Yunlei menjadi juara Macau Terbuka.

Negara produsen raket Yonex, Jepang mengandalkan generasi baru-nya juara Asia Yunior 2006 Kenichi Tago. Pemain ulet ini terus dimatangkan dalam berbagai turnamen. Tago berhasil menembus semifinal turnamen Superseries untuk kedua kalinya di Jepang Terbuka. Sebelumnya bulan Juni lalu, Tago juga menembus semifinal Indonesia Terbuka. Prestasi yang dibuat juara Asia Yunior 2006 ini lebih baik ketimbang juara dunia yunior 2006, Hong Ji Hoon (Korea). Hoon langsung kandas dibabak pertama baik di GPG Taepei Terbuka maupun Jepang Terbuka.

Korea sendiri sebenarnya sudah cukup berhasil dengan generasi baru nya Lee Young Dae. Young Dae yang dipasangkan dengan senior-seniornya sudah lebih dulu menembus level atas dunia baik diganda putra maupun campuran. Bahkan di usia yang sangat muda, emas Olimpiade sudah digengamnya. Young Dae merupakan juara Asia Yunior 2005-2006 dan dunia yunior 2006 yang berpasangan dengan Gun Woo Choo pada ganda putra. Pada Campuran Yong Dae merebut juara Asia 2005 bersama Ha Jeung Eun dan berpasangan dengan Yoo Hyun Young memegang juara Asia dan dunia yunior 2006 . Prestasi Young Dae di level senior belum mampu diikuti oleh rekan-rekan seangkatannya. Pada turnamen pasca Olimpiade ini, mantan pasangan Young Dae, Choo Gun Woo hanya bertahan dibabak kedua Jepang Terbuka bersama Yeon Seong Yoo (ganda putra) dan perempat final besama Ha Jung Eun (ganda campuran). Prestasi lebih baik dicatat Yeon Seong Yo / Kim Min Jung yang menembus semifinal ganda campuran Jepang Terbuka.

Negeri jiran Malaysia belum terlihat memuncul prestasi generasi barunya. Padahal Malaysia memiliki juara dunia yunior ganda campuran 2007, Kim Wah Lim / Hui Ling Ng dan juara Asia yunior ganda campuran 2007 Tan Wee Kiong / Woon Khe Wei. Tan / Woon hanya bertahan dibabak kedua Taepei Terbuka. Demikian juga ketika pertukaran pasangan saat Kim Wah Lim bersama Woon Khe Wei maupun Hui Ling Ng bersama seniornya Koo Kean Keat yang tampil di Macau Terbuka. Satu-satunya kebanggaan Malaysia diperoleh Woon Khe Wei / Hui Ling Ng yang berhasil menembus semifinal ganda putri Macau Terbuka.

Bagaimana dengan generasi baru Indonesia?
Pada empat turnamen pasca Olimpiade ini dimanfaatkan untuk mencoba pasangan-pasangan baru dinomor ganda putri dan campuran serta memaksimalkan kemampuan stok yang ada. Kebangkitan stok lama seperti Simon Santoso, Sony Dwi Kuncoro, Devin Lahardi, Lita Nurlita dan M. Rizal menjadi harapan tersendiri bagi Indonesia. Pemain-pemain tersebut mampu meraih gelar-gelar juara yang mereka dambakan. Keberhasilan pemain senior ini juga mulai diikuti oleh generasi baru lainnya. Juara ganda putra Indonesia Open Yunior 2005 Bona Septano / M. Ahsan menunjukkan prestasi mengesankan dengan menjadi finalis Jepang Terbuka. Apalagi mereka mampu menundukkan pemegang juara Superseries Singapura dan Indonesia terbuka, M Zakri / M Tazari. Generasi dibawahnya, Fernando Kurniawan yang merupakan juara Indonesia Open Yunior 2007 bersama Subakti mulai unjuk gigi. Dengan pasangan baru-nya Lingga Lie, Fernando berhasil menembus Semifinal Macau Open. Prestasi yang bagus juga diperoleh pemain tunggal putri, Pia Zebadiah yang tampil sebagai semifinalis taepei terbuka. Kabar paling anyar ketika pemain muda klub Djarum Kudus, Maria Febe Kususmastuti menjuarai GP pertama-nya di Bitburger Terbuka. Secara umum, generasi baru China memang lebih unggul dari negara lainnya sejauh ini. Namun keberhasilan skuat senior Indonesia yang didukung mulai berprestasinya para yunior merupakan sinyal positif perbulutangkisan Indonesia.

Published :
www.bulutangkis.com (06 Oktober 2008)
www.badminton-indonesia.com (06 Oktober 2008)

No comments: