Wednesday, October 8, 2008

PERLUKAH PEMBATASAN UMUR PADA CABANG BULTANGKIS PON?

Written by : Hendri Kustian

Adanya kemungkinan larangan ikut serta pemain utama Indonesia yang lolos ke olimpiade membuat daerah mengatur ulang strateginya pada cabang bulutangkis PON XVII di Kaltim. Dengan keputusan tersebut Jawa Barat yang mengincar emas nomor tunggal putra melalui juara bertahan Taufik Hidayat terpaksa menggantungkan harapannya kepada pemain gaek, Budi Santoso. Prestasi paling anyar dari Budi Santoso yang menjuarai tunggal dewasa Jakarta Open merupakan jaminan kualitas bagi Budi untuk bersaing meraih emas. Seiring dengan Jawa Barat, Jawa Timur kemungkinan akan mengandalkan pemain yang sangat senior Jeffer Rossobin dan Rony Agustinus disamping pemain muda Fauzi Adnan. Serbuan pemain-pemain yang sudah berumur diatas 30 tahun pada PON kali ini menjadi tanda tanya besar terhadap kelangsungan regenerasi bulutangkis Indonesia.
Posisi PON sebagai pesta olahraga multi event terbesar di negeri ini sudah seharusnya provinsi mengirimkan atlet-atlet terbaiknya. Ukuran yang digunakan sebagai acuan adalah prestasi tanpa mempertimbangkan usia sang atlet. Untuk berbagai cabang olahraga momen pekan olahraga nasional menjadi kesempatan berkompetisi ditengah minimnya kalendar pertandingan misalnya cabang olahraga atletik atau bela diri. Hal ini tentu berbeda dengan cabang bulutangkis yang hampir setiap bulan mempunyai jadwal pertandingan tingkat nasional. Bahkan masih ada ajang kejurnas bagi semua pebulutangkis terbaik untuk saling bertemu memperebutkan posisi terbaik di Indonesia. Seandainya dilakukan pembatasan usia bagi atlet bulutangkis di PON maka kesempatan bertanding bagi atlet senior tidak terlalu berpengaruh.
Pembatasan usia pemain bulutangkis pada PON akan memberikan nilai positif bagi perkembangan bulutangkis Indonesia. Dengan pembatasan ini maka provinsi peserta PON akan membina pemain-pemain muda nya untuk berprestasi. Kalau melihat kondisi saat ini daerah mengandalkan pemain-pemainnya yang ada di Pelatnas. Ketika ada larangan pemain Pelatnas Olimpiade untuk bertanding maka daerah melirik pemain-pemain yang tergolong sudah tua. Demikian juga buat daerah-daerah yang tidak mempunyai basis pembinaan bulutangkis seperti di luar Jawa lebih banyak melirik kelebihan stok pemain daerah lain untuk direkrut menjadi atlet PON. Kondisi ini menjadikan pebulutangkis-pebulutangkis daerah akan semakin sulit untuk maju. Pada PON XV di Palembang, provinsi Sulawesi Utara berhasil mencuri satu emas melalui nomor ganda putri atas nama pasangan Lilyana Natsir / Nathalia Poluakan. Tetapi tanpa bermaksud mengecilkan peran daerah, kedua pemain tersebut lebih dikenal sebagai hasil binaannya klub Tangkas Jakarta.
Pembatasan usia juga bermanfaat untuk suatu pembinaan yang berkelanjutan. Sebagai contoh pemain yang tampil di PON maksimal berusia 22 tahun maka suatu daerah akan membina pemain muda yang berusia sekitar 18 tahun untuk tampil di PON empat tahun berikutnya. Setelah menyelesaikan tugasnya di PON, pemain-pemain tersebut bisa berkarir diberbagai turnamen lainnya. Kemudian daerah akan mencari pemain baru untuk empat tahun setelah itu. Sistem ini membuat regenerasi bulutangkis Indonesia secara berkesinambungan. Pengda-Pengda tidak lagi terfokus dengan pemain hasil binaan klub-klub besar tetapi menjadi bagian dari sentra pembinaan itu sendiri. Tujuan PON sebagai jembatan menuju prestasi Internasional akan sejalan dengan pembatasan usia ini. Lain halnya kalau kebanyakan peserta PON merupakan atlet-atlet yang sudah tidak mungkin bersaing di level Internasional lagi karena masa emasnya sudah lewat.
Kebijakan pembatasan usia ini tidak disarankan untuk cabang-cabang lain terutama cabang yang memang minim kesempatan bertanding. Sebenarnya pembatasan usia pada kejuaraan multi event semacam PON, Sea Games, Asian Games bahkan Olimpiade sudah dilakukan pada cabang sepak bola. Jadi cabang sepak bola PON mengikuti standar pesta olahraga diatasnya. Pertimbangan cabang sepak bola tidak murni pembinaan tetapi lebih kearah menjaga pamor Piala Asia atau Piala Dunia sebagai kejuaraan tertinggi pada levelnya. Sedangkan untuk olimpiade dan Asian Games bagi cabang bulutangkis belum bisa diberlakukan pembatasan usia. Ini terkait memberikan kompetisi terbaik untuk menjaga eksistensi bulutangkis agar tetap menjadi cabang yang ikut dipertandingkan.
PON XVII di Kalimantan Timur tinggal menunggu hitungan hari. Para pebulutangkis berlomba merebut medali yang tersedia sekaligus harapan bonus besar menanti. Pembatasan usia sudah tidak dapat diwacanakan lagi pada penyelenggaraan PON kali ini. Namun diharapkan PBSI dan KONI Pusat mengkaji wacana pembatasan usia atlet bulutangkis yang berlaga pada PON berikutnya.

Published :
Tabloid SMASH edisi 1 (Juli 2008)

No comments: