Bagaikan menentang arus, bulutangkis Eropa menggelar turnamen Europe Cup bersamaan dengan minggu pertama turnamen sepak bola Eropa yang dikenal dengan nama Euro 2008. Dikatakan menentang arus karena di Indonesia saja yang terkenal sebagai negara bulutangkis tetapi fokus perhatian masyarakat dan media tersedot ke Euro 2008. Apalagi di Eropa yang bulutangkis kurang popular kecuali di beberapa negara saja seperti Denmark dan Inggris. Membahas keunikan turnamen bulutangkis Europe Cup tidak hanya pada waktu penyelenggaraan. Pemakaian nama turnamen juga mengundang pertanyaan tersendiri. Europe Cup yang kalau diterjamahkan secara harfiah adalah Piala Eropa seakan menggambarkan bahwa turnamen ini dipenuhi oleh bintang-bintang Eropa. Kenyataannya pemain-pemain kelas atas Eropa lebih memilih menyeberang ke benua Asia untuk mengikuti Singapore Super Series.
Turnamen bulutangkis Piala Eropa ini merupakan pertandingan antar klub Eropa yang diikuti perwakilan dari sembilan negara yaitu Italia, Finlandia, Turki, Spanyol, Swiss, Portugal, Ceko, Islandia, Polandia, Ukraina dan Rusia yang diwakili dua klub. Kesepuluh klub dibagi dalam tiga grup yang kemudian juara dan runner-up maju ke babak perempat final. Dengan demikian terdapat dua klub yang mendapat bye pada babak 8 besar. Selanjutnya menggunakan sistem gugur mulai perempat final tersebut sampai dengan final. Format pertandingan menggunakan format beregu campuran. Tetapi berbeda dengan Piala Sudirman, karena piala Eropa menyajikan tujuh partai dalam satu duel. Tunggal putra dan putri masing-masing menampilkan dua partai sedangkan nomor ganda putra, putri dan campuran hanya satu partai.
Beberapa klub diperkuat oleh pemain asing. Pemain asal Indonesia paling banyak yang tampil pada Piala Eropa ini. Klub EGO Sport Club (Turki) mengontrak tiga pemain Indonesia sekaligus yaitu Rintan Apriliana, Siti Wachyuni dan Hangky Sienaya. Pemain Indonesia lainnya bermain untuk klub CB Soderin Rinconada (ESP) melalui Stenny Kusuma dan Ruben Gordon Khosadalina. Klub Spanyol ini merupakan klub yang paling banyak memainkan pemain asing. Selain pemain Indonesia, mereka memiliki Richard Vaughan (WAL), Filipa Lamy (POR) dan Bing Xin Xu (CHN). Pemain China sendiri masih tampil dengan dua pemain lainnya, Liu Fanhua (CHN) dan Wan Dan (CHN) yang memperkuat klub Prymorye (RUS).
Jika membandingkan dengan Asia sebagai kiblat prestasi bulutangkis dunia, maka Asia tertinggal dalam satu hal. Sampai saat ini belum ada turnamen resmi antar klub Asia. Padahal prestasi pemain-pemain klub Asia jauh lebih baik dari pemain yang tampil di Piala Eropa. Sebagai contoh klub PB Djarum dari Indonesia yang merajai turnamen level Challanger dan satelitte melalui atlet-atletnya seperti Rendra Wijaya, Fran Kurniawan, Andre Kurniawan, Yonathan S, Rian Sukmawan, Meliana Jauhari, Shendy Puspa dan pemain lainnya. Demikian juga dengan negeri Jiran Malaysia dengan klubnya Nusa Mahsuri yang menaungi pemain selevel M. Hafiz Hashim dan Roslin Hashim. Pemain-pemain tersebut benar-benar mewakili klub karena tidak masuk dalam Pelatnas di negaranya. Tentu akan lebih semarak kalau PB. Djarum dan Nusa Mashuri mempelopori turnamen serupa di benua Asia.
Piala Eropa sudah memberikan contoh bagaimana turnamen antar klub bisa diangkat ke arena Internasional. Efektifitas turnamen serupa ini bagi kemajuan bulutangkis memang masih perlu dikaji lagi. Namun kejuaraan antar klub seperti ini mungkin saja bisa menjadi cikal bakal Industri Olahraga Bulutangkis. Seperti halnya cabang sepakbola, transfer pemain antar klub telah berhasil menjadikan Olahraga sebagai obyek Industri. Hal ini tentunya berdampak possitif pada kesejahteraan dan penghasilan atlet. Jalan menuju kesana masih panjang atau mungkin tidak pernah tercapai. Tetapi inisiatif Eropa menggelar turnamen seperti ini layak diberikan acungan jempol apalagi ditengah-tengah masyarkat Eropa bahkan dunia sedang tertuju pada Piala Eropa cabang Sepak Bola
Published :
www.badminton-indonesia.com (16 Juni 2008)
Wednesday, October 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment