Kawasan Istora Senayan Jakarta kembali lengang. Tidak ada lagi hiruk pikuk antrean penonton yang harus mengantri empat jam buat selembar tiket. Para penjaja tiket keliling dengan harga yang tidak sama dengan yang tulisan yang terterah pada kertas yang dipegangnya juga sudah membubarkan diri. Pedagang pernak-pernik bertemakan Thomas Uber tinggal menghitung keuntungannya. Yang tersisa adalah sesuatu yang layak untuk dikenang. Dukungan besar publik Istora terhadap tim kesayangannya menjadi tonggak baru untuk kemajuan bulutangkis Indonesia. Selama pertandingan, mereka hadir dengan berbagai keunikan. Coretan wajah, gelombang manusia, tarian, spanduk, terompet dan berbagai bentuk dukungan membangkitkan gairah bulutangkis Indonesia.
Dukungan besar masyarakat Indonesia terhadap timnya berhasil dijawab dengan prestasi yang gemilang dari tim Piala Uber Indonesia. Mereka hanya ditargetkan semifinal malah berhasil merebut tempat kedua setelah memberikan perlawanan yang maksimal terhadap tim juara, China. Pertanda kesuksesan Firdasari dan kawan-kawan sudah terlihat dari pertandingan pertama. Sebagai tim unggulan kelima, Indonesia menundukkan unggulan kedua Jepang dengan skor 4-1 dan berpeluang untuk menjadi juara grup. Posisi juara grup benar-benar diperoleh Indonesia setelah melibas Belanda 5-0. Posisi juara grup ini menguntungkan Indonesia sehingga terhindar pertemuan lebih awal dengan China dan tidak bertemu dengan unggulan ketiga, Korea Selatan dan unggulan keempat Malaysia.
Keberhasilan menundukkan Hongkong 3-0 di perempat final dan Jerman 3-1 di semifinal mengantar tim uber Indonesia merebut terbaik sejak terakhir menjadi runner up sepuluh tahun yang lalu. Tetapi kesuksesan yang patut diacungi jempol ini jangan membuat srikandi-srikandi kita terlena. Penyelenggaraan Piala Uber dua tahun mendatang diharapkan Indonesia dapat berprestasi lebih baik dengan memboyong Piala Uber ke tanah air.
Modal yang dimiliki Indonesia untuk menjadi Juara dua tahun mendatang cukup menjanjikan. Tim inti saat ini yang bermaterikan pemain kelahiran 1985 keatas kecuali Vita Marissa dan Jo Novita dipandang sebagai umur yang masih cukup matang untuk berprestasi. Apalagi tunggal ketiga Indonesia Pia Zebadiah yang baru berumur 19 tahun bisa menjadi andalan terdepan pada penyelenggaraan Uber berikutnya. Andriyanti Firdasari (kelahiran 1986) dan Maria Kristin (1985) diharapkan semakin meningkat penampilannya. Diluar ketiga pemain inti tersebut, kita masih mempunyai cadangan pemain Fransisca Ratnasari yang menjadi tunggal keempat tim Uber kali ini. Selain anggota tim Uber, Indonesia diharapkan segera mematangkan pemain-pemain muda berbakat seperti Febby Angguni dan Maria Febe.
Nomor ganda yang menjadi pendulang poin tim Indonesia sedikit harus bekerja ekstra untuk memunculkan muka-muka baru. Dua tahun mendatang pemain-pemain Indonesia sudah mulai berumur kecuali Lilyana Natsir (kelahiran 1985) dan Greysia Polii (1987). Walaupun itu bukan berarti pemain yang lain tidak bisa berprestasi lagi. Sebagai contoh Vita Marissa yang merupakan pemain senior di tim ini masih membuktikan kualitas terbaik. Namun sebagai antisipasi perlu disiapkan pemain-pemain muda lainnya seperti Yulianti, Nathalia Poluakan, Devi Tika Permatasari, Richi Puspita dan rekan seangkatannnya.
Tim Piala Uber Indonesia sudah memulai dengan prestasi yang baik tahun ini. Sudah seharusnya PBSI memulai persiapan dari sekarang untuk meningkatkan prestasi putri Indonesia dua tahun mendatang. Sangat disayangkan kalau hanya berpuas diri sekarang yang bisa membuat kita lengah. Dua tahun mendatang Piala Uber yang lepas akan kita Uber sampai kembali kepangkuan ibu pertiwi. Indonesia pernah mempunyai sejarah saat Uber Cup 1972 hanya menjadi runner up tetapi Uber Cup berikutnya tertangkap gengamam putri-putri kita.
Dua tahun mendatang, Istora bukan lagi menjadi tempat bertanding. Tantangan untuk menjadi juara tentu lebih berat. Tetapi dukungan masyarakat Indonesia akan tidak pernah pudar. Berprestasilah wahai srikandi-srikandi Indonesia
Published :
www.bulutangkis.com (24 Mei 2008)
Wednesday, October 8, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment