Wednesday, October 8, 2008

Kilas Balik Tahun Pertama Turnamen Superseries

Keinginan kuat organisasi bulutangkis dunia yang sebelumnya bernama IBF untuk memajukan bulutangkis dalam dua tahun terakhir dilakukan dengan berbagai terobosan. Gebrakannya tidak tanggung-tanggung dari mengganti nama organisasi dari IBF ke WBF supaya masyarakat dunia tidak rancu dengan organisasi tinju dunia, berlanjut dengan pergantian logo organisasi, perubahan sistem skor dan banyak terobosan lainnya. Namun diantara itu semua yang paling berdampak langsung terhadap pemain dan penggemar bulutangkis adalah diselenggarakannya turnamen level tinggi yang hanya diperuntukkan bagi pemain kelas atas dunia. Turnamen ini menyediakan hadiah yang lebih besar dari turnamen-turnamen sebelumnya hanya diikuti oleh 32 peserta dibabak utama masing-masing nomor. Sistem unggulan hanya diberlakukan sampai unggulan kedelapan dan tidak mengenal pemisahan pemain dari satu negara. Jadi turnamen ini benar-benar sebagai suatu kompetisi baik antar negara maupun antar pemain dalam suatu negara. Tidak jarang pemain dalam satu negara bertemu langsung dibabak pertama karena satu pemain masuk unggulan dan satu pemain lainnya tidak termasuk unggulan. Standarisasi turnamen Super Series tidak hanya dari peningkatan hadiah. Penggemar pun dimanjakan dengan sistem siaran Live Score yang menyiarkan skoring pertandingan secara langsung via internet.

Pada tahun pertama penyelenggaraan tahun 2007 ini digelar 12 kali turnamen di sebelas negara yaitu malaysia, Korea Selatan, Inggris, Swiss, Singapura, Jepang, Denmark, Perancis, Hongkong, Indonesia dan China. China berkesempatan menjadi tuan rumah dua kali dengan label turnamen China Master Super Series dan China Open Super Series. Secara umum China tidak hanya unggul dalam kesempatan menjadi tuan rumah, tetapi juga unggul dalam perebutan gelar juara. Dari 60 gelar yang diperebutkan, China sukses meraup 38 gelar juara atau sebesar 63,33 %. Malaysia berada diurutan kedua dengan 8 gelar juara (13,33 %) dan disusul Indonesia ditempat ketiga dengan 7,5 gelar juara (12,4 %). Adanya hitungan 1/2 gelar juara buat Indonesia karena Chandra Wijaya yang menjadi juara di Jepang mewakili Indonesia berpasangan dengan Tony Gunawan yang mewakili Amerika Serikat. Diluar ketiga negara tersebut gelar juara hanya tersebar ke 5 negara lainnya yaitu Korea 2 gelar (3,33 %), Denmark 2 gelar (3,33%), Thailand 1 gelar (1,67 %), Hongkong 1 gelar (1,67%) dan Amerika Serikat 0.5 gelar (0,86%)

Nomor tunggal putra salah satu lumbung penghasil gelar juara bagi China. Bila diibaratkan sang juara meraih medali emas, runner up meraih medali perak dan Semifinalis meraih perunggu, maka untuk nomor tunggal putra ini pemain China Lin Dan menjadi nomor wahid dengan meraih 5 emas 3 perunggu. Pemain Malaysia Lee Chong Wei berada di posisi kedua dengan 3 emas + 2 perak + 2 perunggu dan disusul pemain China lainnya Bao Chunlai 1 emas + 4 perak + 4 perunggu. Diluar tiga besar tersebut pemain-pemain lain yang bisa merebut gelar juara yaitu Chen Jin (Swiss SS), Bonsak Polsana (Singapura SS) dan Peter Gade (Malaysia SS). Final antar sesama pemain dalam satu negara hanya bisa dibuat pemain China. Terjadi tiga kali All China Final yaitu di Korea SS (Lin Dan - Chen Jin), All England SS (Lin Dan - Chen Yu) dan Denmark SS (Lin Dan - Bao Chunlai). Prestasi terbaik Indonesia dinomor tunggal putra ini hanya sebatas runner Up yang didapat oleh Simon santoso (Swiss SS) dan Taufik Hidayat (Jepang SS). Kedua pemain ini juga sama-sama mencatat satu kali sebagai semifinalis yaitu Simon di Jepang SS dan Taufik di Indonesia SS. Andalan Indonesia lainnya Sony Dwi Kuncoro tercatat sebagai pemain langganan perempatfinalis tanpa satu kalipun berhasil tembus ke babak semifinal. Sebanyak 7 kali Sony kalah di perempat final mulai dari Korea SS, Swiss SS, All England SS, Indonesia SS, Denmark SS, China Open SS dan turnamen pamungkas Hongkong SS.

Dinomor tunggal putri, tiga besar ditempati pemain China. Xie Xinfang meraih 5 emas + 3 perak, disusul Zhang Ning 2 emas + 2 perak + 3 perunggu dan Zhu Lin 1 emas + 3 perak + 2 perunggu. Diluar nama tersebut pemain lain yang berhak atas gelar juara adalah Lu Lan, Wang Cheng, Tine Rasmussen dan Wong Mee Chow. China mencatat 6 kali final sesama pemain mereka yaitu di Korea SS (Xie - Zhu Lin), Swiss SS (Zhang Ning - Lu Lan), Singapore SS (Zhang Ning - Xie), China Master SS (Zhang Ning - Xie ), Denmark SS (Zhang Ning - Lu Lan) dan Hongkong SS (Xie - Zhu Lin). Prestasi fenomenal justru dibuat pemain asal Malaysia, Wong Mee Chow karena merebut gelar juara di kandang China (China Open) dengan mengalahkan 3 pemain China yang pernah menjadi juara dunia yaitu Zhu Lin, Zhang Ning dan Xie XIngfang. Prestasi fenomenal juga milik pemain putri Denmark, Tine Rasmussen yang juga menjadi juara Jepang SS dengan menundukkan 3 jagoan China Lu Lan, Zhang Ning dan Xie Xingfang. Tunggal putri Indonesia belum bisa berbicara banyak untuk turnamen sekelas Super Series ini. Prestasi terbaik diperoleh Maria Kristin yang maju ke babak 8 besar Indonesia SS yang akhirnya takluk ditangan pemain Bulgaria Petya Nedelcheva pada perebutan tempat ke Semi Final.

Wajah Indonesia terselamatkan dinomor ganda putra dengan keberhasilan Markis Kidho / Hendra Setiawan merebut gelar juara berturut-turut dalam 2 turnamen pamungkas China Open SS dan Hongkong SS. Dengan prestasi tersebut secara hitungan medali Markis / Hendra berada di posisi ketiga dengan 2 emas + 1 perak + 4 perunggu). Sebenarnya Markis / Hendra berpeluang merebut 1 gelar lagi pada China Master SS ketika mereka berhasil masuk final yang berhadapan denga pasangan tuan rumah Fu Haifeng / Cai Yun. Sayangnya mental mereka jatuh karena ulah hakim garis yang sangat merugikan pemain Indonesia tersebut. Fu / Cai sendiri akhirnya mengumpulkan terbanyak dengan 4 emas + 1 perak + 4 perunggu dan diikuti pasangan Malaysia Koo Kean Keat / Tan Boon Heong dengan 4 emas + 2 perunggu. Prestasi stabil juga ditunjukkan pasangan senior Indonesia / Amerika, Chandra wijaya dan Tony Gunawan yang berhasil meraih 1 emas + 2 perak + 5 perunggu. Ini suatu prestasi yang luar biasa buat pasangan yang jarang berlatih bersama ini. Diluar 4 besar tersebut gelar juara sempat dicuri pasangan muda Korea Lee Young Dae / Jung Jae Sung saat turnamen di gelar di negara mereka, Korea SS. Kalau di dua nomor sebelumnya China sering menempatkan final sesama mereka maka untuk nomor ganda putra hal itu tidak terjadi. Justru Korea yang berhasil menciptakan final sesama pasangan senegara ketika Jung Jae Sung / Lee Young Dae merebut gelar juara Korea SS dengan mengalahkan rekannya Lee Jae Jin / Hwang Ji Man. Bila Tony Gunawan dianggap dari Indonesia maka Indonesia dua kali menciptakan All Indonesia Final yaitu di Jepang SS (Chandra / Tony - Luluk / Alvent) dan Hongkong SS (Chandra / Tony - Markis / Hendra)

Berbicara nomor ganda putri memang perhatian pasti tertuju ke negeri tirai bambu, China. Dari dua belas gelar juara mereka hampir menyapu bersih. Satu-satunya gelar yang kecolongan justru di kandang mereka sendiri ketika pasangan Indonesia Vita Marissa / Lilyana Natsir dengan semangat baja berhasil menjadi kampium China Master SS. Selebihnya gelar juara dinomor ini benar-benar dikuasai China melalui Zhang Yawen / Wei Yili (3 gelar), Du Jing / Yu Yang (2), Gao Lin / Huang Sui (2), Yang Wei / Zhang Jiwen (2), Yang Wei / Zhao Tingting (1) dan Gao Lin / Zhao Tingting (1).Sebenarnya prestasi Indonesia dinomor ini tidak terlalu mengecewakan. Selain merebut satu gelar juara, pasangan Indonesia sekali menjadi finalis saat Vita Marissa masih berpasangan dengan greysia Polli di Malaysia SS dan semifinalis di Swiss SS. Greysia Polli sendiri ketika kembali bersatu dengan pasangan lama nya Jo Novita berhasil masuk semi final pada Perancis Super Series

Prestasi terbaik Indonesia justru diperoleh dinomor ganda campuran dengan total raihan 4 gelar juara melalui dua pasangan terbaiknya. Nova Widianto / Lilyana Natsir menjadi yang terbaik kedua dalam perolehan medali dengan 2 emas+ 1 perak + 3 perunggu. Kedua gelar juara Nova / lilyana, seperti halnya Markis / Hendra diperoleh dari dua turnamen pamungkas China Open SS dan Hongkong SS. Pasangan Indonesia lainnya Flandy Limpele / Vita Marissa berada di posisis berikutnya dengan 2 emas + 1 perunggu. Mereka berhasil merebut gelar juara pada Singapura SS dan Perancis SS. Satu pasang ganda campuran lagi M. Rizal / Greysia Polli sempat mencatat prestasi sebagai runner Up Swiss SS. Sayangnya prestasi tersebut tidak berlanjut ke jenjang yang lebih tinggi sampai akhirnya pasangan ini bubar. Penguasa nomor ganda campuran ini masih tetap berada ditangan pasangan China Zheng Bo / Gao Lin dengan meraup separuh gelar yang diperebutkan yaitu 6 gelar. Sisa gelar juara direbut oleh pasangan China He Hanbing / Yu Yang (Denmark SS) dan pasangan Korea Lee Young Dae / Lee Hyo Jun (Swiss SS)

Secara individu, pemain China Gao Lin merupakan meraup gelar terbanyak dengan 9 gelar juara (6 ganda campuran + 3 ganda putri) yang disusul pasangannya di ganda campuran Zheng Bo yang meraih 6 gelar juara yang semuanya bersama Gao Lin. Dibawah mereka terdapat pasangan kekasih Lin dan dan Xie Xingfang yang sama-sama berhasil mengumpulkan 5 gelar juara di nomornya masing-masing. Pemain Indonesia yang meraih gelar terbanyak adalah Vita Marissa dan Lilyana Natsir dengan 3 gelar. Keduanya bersama-sama mendapatkan gelar juara di nomor ganda putri dan menambah dua gelar juara lagi dinomor ganda campuran dengan pasangannnya masing-masing.

Pesta Super Series tahun ini sudah usai, hadiah uang yang cukup besar sudah dibagikan. Masih tersisa turnamen Final Super Series yang waktunya masih belum ditentukan. Sayangnya turnamen dengan hadiah terbesar di dunia ini terancam tidak diikuti pemain China karena tidak memberikan dampak terhadap peringkat menuju Olimpiade. Terlepas dari Final Super Series yang belum jelas, maka rangkaian Super series 2008 sudah menunggu. Bulan Januari nanti akan digelar Malaysia SS dan Korea SS yang mengawali tahun kedua rangkaian seri turnamen ini. Menarik untuk ditunggu, apakah Indonesia akan tertinggal lagi dari China dan Malaysia atau akan menjadi lebih baik. Bulan Januari nanti akan mulai terjawab kiprah para pendekar berpedang raket selanjutnya. Sampai bertemu rangkaian turnamen Superseries tahun 2008

Published :
www.bulutangkis.com (4 Desember 2007)

No comments: