Wednesday, October 8, 2008

TURNAMEN MASTER DALAM BULUTANGKIS INTERNASIONAL

Written by Hendri Kustian (Email : hendri_kustian@yahoo.com)

Menjelang turnamen China Master 2008, forum-forum diskusi bulutangkis dihangatkan dengan perbincangan mengenai sepinya pemain yang ambil bagian. Sebagai bagian turnamen superseries yang biasanya diserbu para atlet bulutangkis karena memberikan hadiah dan poin peringkat yang besar maka kurangnya peserta menjadi keanehan tersendiri. Sebagai contoh nomor tunggal putri memberikan 11 kemenangan bye pada babak 32 besar. Ini berarti hanya dilaksanakan lima dari seharusnya 16 pertandingan yang dimainkan babak pertama. Sedangkan nomor ganda putra memberikan 13 kemenangan bye atau hanya memainkan 3 partai. Bahkan untuk nomor ganda putri tidak memainkan babak 32 besar seperti layaknya sebuah turnamen superseries lainnya. Semua pemain langsung memainkan babak 16 besar, bahkan itupun cuma 2 partai. Berarti terdapat enam pasangan ganda putri yang langsung memasuki babak perempatfinal. Dengan kata lain jika dibandingkan dengan superseries normal maka keenam pasang tersebut mendapat kemenangan bye dua kali. Hampir serupa terjadi dinomor ganda campuran. Pemain langsung memasuki babak 16 besar, bedanya yang langsung ke perempatfinal hanya unggulan pertama dan kedua.
Melihat kondisi tersebut sangatlah aneh apalagi untuk nomor ganda putri, China merupakan gudangnya atlet. Mengapa China tidak mengisi tempat yang kosong dengan pemain yunior yang berperingkat diatas 100 besar dunia. Bukankah hal itu pernah dilakukan Indonesia pada Indonesia Superseries. Jawabannya ternyata karena label Master yang menjadi ikon turnamen ini diperuntukkan hanya pemain dengan peringkat yang terbaik. Sayangnya pemain terbaik yang diharapkan datang tersebut berhalangan hadir.
Melihat pada penyelenggaraan tahun-tahun sebelumnya, China Master dihadiri pemain sesuai harapan. Turnamen ini sendiri sudah dilaksanakan sejak tahun 2005. Pada tahun 2006, China Master memang hanya diikuti delapan pemain atau pasangan pada masing-masing nomor. Pada tahun 2007 mengalami perubahan dengan 32 pemain pada babak utama mengikuti standar Superseries. Dengan ada nya kondisi seperti tahun ini maka BWF sebaiknya mere-posisi kembali China master. Dimana saat BWF kesulitan menggelar turnamen antar pemain terbaik yaitu final superseries maka lebih baik memaksimalkan turnamen seperti China Master. Turnamen ini bisa digeser ke bulan Desember sedangkan turnamen China Open dimajukan pada bulan September. Dengan solusi ini maka turnamen China Master tidak kehilangan gengsinya dan BWF tidak kesulitan menggelar turnamen buat delapan pemain atau pasangan terbaik sepanjang superseries atau superseries final.

Disamping reposisi China Master, BWF juga perlu mendefinisikan ulang istilah turnamen master. Selain China Master, Denmark menggelar Kopenhagen Master sejak 1993. Turnamen ini mempunyai keunikan karena hanya menggelar tiga nomor pertandingan. Nomor tunggal putra dan ganda putra selalu dimainkan. Sedangkan satu nomor lagi berganti-ganti antara tunggal putri dan ganda campuran. Hanya pemain yang diundang yang bisa tampil diturnamen tersebut.
Indonesia pernah menggelar Batam Master tahun 2003 dimana memainkan dua nomor tunggal dan ganda putra. Taufik Hidayat dan pasangan Chandra Wijaya / Sigit Budiarto menjadi kampium. Sementara itu Malaysia pernah menggelar Ipoh Master tahun 1999 yang dijuarai Peter Gade Christiansen dan pasangan Chandra / Sigit. Berbeda dengan Kopenhagen yang konsisten dengan turnamennya, sedangkan Batam dan Ipoh sudah tidak pernah terdengar lagi.
Turnamen dengan label Master akan selalu menjadi tanda tanya dimata penggemar bulutangkis. BWF sebaiknya segera memberikan regulasi yang baku sebagai panduan terutama adanya dua jenis turnamen master yaitu superseries dan invitational. Minimal BWF bisa memberikan definisi yang jelas bedanya label turnamen "master" dan turnamen "open" . Kemajuan dalam mecermati regulasi tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kemajuan bulutangkis itu sendiri.


Published :
www.bulutangkis.com (18 September 2008)
www.badminton-indonesia.com (18 September 2008)

No comments: