Wednesday, October 8, 2008

Posisi Tuan Rumah Sebagai Penunjang Prestasi

Ajang kompetisi bulutangkis Internasional mulai menggeliat di awal tahun 2008 ini. Aroma persaingan merebut gelar juara akan dimulai besok hari pada turnamen Malaysia Open Superseries. Sementara persaingan-persaingan dramatis tahun lalu belum pupus dari ingatan kita. Sekedar memanaskan aroma perbulutangkisan diawal tahun ini, kami mengangkat kembali kisah yang tahun lalu yang masih menarik untuk disimak.

Kisah kesuksesan China yang merajai gelaran turnamen bulutangkis 2007 diikuti juga dengan kesuksesan mereka menjadi tuan rumah berbagai turnamen yang diselenggarakan. China melalui dua turnamen Superseries yaitu China Open dan China Master menyediakan hadiah terbesar setahunan lalu dengan total 500 ribu dolar AS. China Open dan China Master masing-masing menyediakan hadiah sebesar 250 ribu US Dolar atau sekitar 2,5 Milyar rupiah. Sedangkan kalau dihitung dari satu turnamen, rekor masih dipegang Korea Superseries dengan hadiah 300 ribu US Dolar.

China dan Korea menyelenggarakan turnamen dengan hadiah sebesar itu tentu dengan harapan bisa menaikkan prestasi pemainnya atau paling tidak memberikan tempat yang lebih banyak buat pemain-pemainnya bertanding di kancah internasional yang sekaligus menaikkan poin rangking sejumlah pemainnya. Dengan hadiah yang besar tentu level turnamen pun menjadi tinggi yang otomatis point yang diperoleh menjadi lebih tinggi. Masih dalam rangka memperbanyak kesempatan bertanding bagi pemainnya, beberapa negara juga menyelenggarakan lebih dari satu turnamen bertaraf Internasional.

Disebutkan sebelumnya China menyelenggarakan dua event yang berkelas Superseries. Tim China berhasil memanfaatkan turnamen tersebut dengan maksimal meskipun mereka tetap kecolongan dari Indonesia. Pada China Master, tuan rumah menyabet empat gelar sekaligus melalui Lin Dan (MS), Xie Xingfang (WS), Fu Haifeng / Cai Yun (MD) dan Zheng Bo / Gao Lin (XD). Satu-satunya gelar yang lepas adalah nomor ganda putri yang direbut pasangan Indonesia Vita Marissa/ Lilyana Natsir. Kemudian pada China Open hanya tiga gelar yang mereka peroleh dari Bao Chunlai (MS), Xie Xingfang (WS) dan Gao Ling / Zhao Tingting (WD), sedangkan dua gelar juara lagi kembali lepas ke tangan Indonesia melalui Markis Kidho / Hendra Setiawan (MD) dan Nova Widianto / Lilyana Natsir (XD). Disamping dua turnamen resmi tersebut China menyelenggarakan turnamen Invitational sebagai ajang uji coba Olimpiade Beijing 2008 dengan title turnamen "Good Luck to Beijing". Sejumlah pemain non China diundang dalam turnamen ini seperti Nguyen Tien Minh (Vietnam), Koo Kean Keat dan Wong Pty Ty dari Malaysia serta beberapa pemain dari negara lainnya. Pada turnamen ini China menyapu bersih semua gelar juara melalui Lin Dan (MS), Xie Xingfang (WS), FU Haifeng / Cai Yun (MD), Yang Wei / Zhang Jiwen (WD) dan Xie Xongbo / Zhang Yawen (XD)

Malaysia sebagai salah satu kekuatan bulutangkis dunia mencatatkan diri sebagai penyelenggara turnamen Internasional terbanyak selama tahun 2007. Turnamen tertinggi yang diselanggarakan adalah Kejuaraan Dunia. Pada turnamen ini, Malaysia gagal memanfaatkan kesempatan untuk meraih gelar juara dunia. Gelar juara justru berhasil diraih dua negara China dan Indonesia. Sebelumnya pada awal tahun 2007, pencapaian sedikit lebih baik pada Malaysia Open Superseries. Dalam turnamen yang berhadiah total 200 ribu dolar Amerika tersebut, pasangan Koo Kean Keat / Tan Boon Heong berhasil menjadi kampium nomor ganda putra. Hasil yang sama diperoleh saat penyelenggaraan Kejuaraan Asia dengan level turnamen setara dengan Grand Prix Gold yang berhadiah total 125 ribu dolar AS. Pasangan veteran Choon Tan Fook / Lee Wan wah berhasil menyingkirkan rekannya Koo Kean Keat / Tan Boon Heong dalam pertarungan All Malaysia Final. Gelarnya lainnya terbang ke China melalui Jiang Yanjiao (WS), Yang Wei / Zhao Tingting (WD), He Hanbing / Yu Yang (XD) dan Indonesia melalui Taufik Hidayat (MS). Selanjutnya pada level yang lebih rendah, Malaysia berhasil memborong empat gelar juara sekaligus pada Malaysia Challanger melalui Ayub Sairul Amar (MS), Chan Peng Song / Chang Hun Ping (MD), Haw Chiu Wee / Lim Pek Sia (WD) dan Lim Khim Wah / Ng Hu Lin (XD). Nomor tunggal putri lepas ke pemain Thailand, Buranaprasertsuk Porntip. Turnamen Internasional lainnya yang diselenggarakan Malaysia adalah Kejuaraan Asia Junior yang menempatkan ganda campuran mereka, Tan Wee Kiong/Woon Khe Wei, MAS sebagai pemenang.

Indonesia merupakan negara berikutnya yang menyelenggarakan lebih dari satu turnamen Internasional yaitu Indonesia Open Superseries, Surabaya Challange, Jakarta Open Satelitte dan Indonesia Open Junior. Pada Indonesia Open Superseries merupakan ajang gigit jari bagi tim tuan rumah. Prestasi terbaik hanya sebagai runner up melalui Nova Widianto / Lilyana Natsir di nomor ganda campuran. Pada pertandingan final turnamen yang menyediakan hadiah total 250 ribu dolar AS itu, mereka harus menelan kekalahan dari pasangan China Zheng Bo / Gao Ling. Pada level yang lebih rendah, Surabaya Challange dengan hadiah total 15 ribu dolar AS dicapai hasil lebih baik dengan merebut tiga gelar juara melalui Rian Sukmawan / Yonathan S (MD), Yulianti / Richi Dili Puspita (WD) dan Ahmad Tantowi / Yulianti (XD). Sementara itu Lima gelar juara dicapai pemain Indonesia pada turnamen Jakarta Open Satelitte. Gelar-gelar juara tersebut dihasilkan oleh pemain-pemain Djarum Kudus, Ari Yuli Wahyu (MS), Maria Elfira (WS), Frans K / Yonathan (MD), Meliana / Shendy (WD) dan Frans K / Rintan Aprillia (XD). Di kelompok Yunior diselenggarakan Milo Junior Indonesia Open di Bandung yang hanya mempersembahkan satu gelar buat tuan rumah melalui Febby Angguni, sedang empat gelar juara lainnya diboyong negeri Jiran, Malaysia

Negara-negera lainnya yang menyelenggarakan dua atau lebih turnamen Internasional antara lain Korea, Thailand, Jepang, Singapura, Vietnam dan Belanda. Korea dengan turnamen Korea SS dan Korea Challenger mampu meraih satu gelar di ajang Korea superseries melalui Jung Jae Sung / Lee Young Dae (MD) dan memborong semua gelar Korea Challanger dari pemainnya Seung Shon Mo (MS), Lee Yun Hwa (MS), Kwon Yi Goo / Ko Sung Hyun (MD), Yoo Hyung Yun / Jung Kyung Eun (WD) dan Shin Beek Choel / Yoo Hyun Young (XD)

Jepang juga berhasil meraih manfaat menjadi tuan rumah. Meskipun gagal meraih juara di Jepang Open Superseries, mereka menyapu empat gelar juara Osaka International Challanger dari pemainnya Sho Sasaki (MS), Enriko Hirose (WS), Aki Akao / Tomomi Matsuda (WD) dan Keita Masuda / Miyuki Maeda (XD). Satu-satunya pemenang diluar Jepang adalah nomor ganda putra yang dimenangkan pasangan Korea, Han Shoon Hoon / Cho Gun Woo. Hasil yang mirip juga diperoleh oleh Thailand yang gagal meraih gelar pada GP Gold Thailand Open tetapi berhasil meraih 2 gelar pada Thailand International melalui Pompat. S (MS) dan Salakjit Polsana (WD). Sedangkan dua gelar juara lainnya di boyong Indonesia melalui Yulianti / Richi P (WD), Ahmad Tantowi / Yulianti (XD) serta satu gelar terbang ke Hongkong. Satu lagi perhelatan bulutangkis yang di gelar di Thailand adalah Sea Games yang semua medali emas - nya diraih tim Indonesia.

Bila beberapa negara diatas berhasil merebut Juara saat menjadi tuan rumah maka lain halnya dengan Vietnam. Meskipun mereka menyelenggarakan tiga turnamen yaitu GP Vietnam Open, Vietnam International dan Kejuaraan Asia Usia 16 tahun, tetapi tidak satu pun gelar juara yang berhasil direbut. Hasil serupa juga terjadi pada Singapura yang menyelenggarakan turnamen Singapore Superseries dan Cheer Singapore International serta Belanda yang menggelar turnamen GP Dutch Open dan Holland International.

Terlepas dari apapun hasil yang diperoleh para tuan rumah tersebut tetapi negara penyelenggara lebih dari satu turnamen Internasional tetap akan mendapat nilai positif buat kemajuan bulutangkis di negara nya. Pemain-pemain lokal berkesempatan mengukur kemampuannya dengan pemain-pemain dari negara lain yang kesempatan tersebut sulit diperoleh pemain yang masih pada peringkat level bawah. Kegagalan Indonesia pada Indonesia Open Superseries dan Malaysia pada Kejuaraan dunia juga menjadikan pelajaran bagi para tuan rumah bahwa pembebanan terlalu tinggi pada pemainnya bisa memberikan hasil sebaliknya. Mengacu hasil baik maupun buruk selama tahun lalu, semoga tidak menjadikan para negara-negara tersebut mengurangi kuantitas dan kualitas kompetisi Internasional yang diselenggarakan di negaranya.

Published :
www.bulutangkis.com (14 Januari 2008)

No comments: